Model Karakter Nasionalisme Keindonesiaan Mantan Pemuda Separatis Di Aceh Utara
Abstract
Penelitian ini bertujuan memperoleh suatu pemahaman yang utuh tentang mengapa nasionalisme keindonesiaan dikalangan mantan pemuda seperatis di Aceh Utara yang pada era konflik sangat resisten terhadap Indonesia namun setelah perdamaian tercipta berubah menjadi nasionalistik. Dimensi sosial apa saja yang mendorong terjadinya perubahan sikap mantan pemuda seperatis Aceh Utara terhadap nasionalisme keindonesiaan menjadi fokus khusus dari penelitian ini. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi. Sementara untuk memperoleh data sebagai basis analisis dalam memperoleh temuan-temuan dilakukan melalui observasi partisipan, wawancara mendalam (indepth interview) dan Focus Group Discussion (FGD).Setelah proses penelitian dilakukan, studi ini menemukan bahwa nasionalisme keindonesiaan pemuda Aceh Utara terhadap Indonesia pada dasarnya cukup baik. Pada tahun 1945 mereka secara heroik bersama Teungku Muhammad Daud Beureueh dan Hasan Di Tiro bahu membahu melakukan Indonesianisasi Aceh. berhadapan dengan situasi sosial dan pembangunan yang tertinggal dan porak-poranda pasca perang dengan Belanda dan Jepang, maka pandangan visioner Presiden Soekarno yang berikrar akan membawa Indonesia dalam kedudukan sebagai bangsa besar yang sejahtera dan berperadaban tinggi didunia menjadi alasan subtantif dibalik tumbuh suburnya nasionalisme pemuda dan masyarakat umumnya di Aceh Utara.Namun, berbilang waktu dalam perjalanan menjadi Indonesia, masyarakat Aceh Utara mengalami dan merasakan keadaan yang bertolak belakang dengan apa yang dikatakan oleh Presiden Soekarno doeloe. Eksploitasi besar-besaran “perut bumi” Aceh Utara yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru sejak 1976 bukannya merubah keadaan masyarakat menjadi lebih baik, yang terjadi justeru melebarnya segregasi sosial akibat massifnya penduduk miskin disatu sisi dan minoritasnya yang dapat memperoleh keuntungan dari eksploitas migas di tanah mereka. Pada dimensi lain perlakukan sosial-politik yang menafikan nilai-nilai kearifan lokal dirasakan telah mencabut identitas orang Aceh Utara. Realitas inilah yang kemudian melahirkan resistensi terhadap nasionalisme Indonesia. Sehingga dalam konflik pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) mereka bergabung kedalam kelompok perjuangan ini. Namun, seiring dengan tumbuhnya rasa nyaman, meningkatnya kesejahteraan dan penghargaan terhadap identitas kearifan lokal masyarakat Aceh Utara yang dilakukan melalui kebijakan-kebijakan korektif masa lalu oleh pemerintah Indonesia di era pasca damai, rasa kecintaan (nasionalisme) pemuda Aceh Utara terhadap Indonesia mulai tumbuh kembali
Kata Kunci: Karakter Nasionalisme, Mantan Pemuda Seperatis, Aceh Utara
Full Text:
PDFReferences
Atkitson, Paul, dkk (eds), 2001, Hanbook of Etnography, Sage Publication, London Anderson,
Benedict, 2002, Imagined Communities, Komunitas-Komunitas Terbayang, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Adams, Ian, 1993, Ideologi Politik Mutkahir, Konsep,
Ragam, Kritik dan Masa Depannya, Qalam, Yogyakarta
Abercrombie, Nicholas dkk, 2010, Kamus Sosiologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Blaikie, Norman, 2000, Designing Social Research, Polity Press, Cambridge
Barker, Chris, 2005, Cultural Studies, Teori & Praktik, Kreasi wacana, Yogyakarta
Bungin, Burhan, 2008, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, Rajawali Pers, Jakarta.
Denzin, Norman K. dan Yvonna S. Lincoln (eds), 1994, Hanbook of Qualitative Research, Sage Publication, London
Giddens. Antony,1976, New Rules of Sociological Method, Hutchinson: London
Madjid, Nurcholish, 2001, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Mizan, Bandung
Moleong, Lexy, J, 2000, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rosdakarya, Bandung
Onghokham, 1987, Runtuhnya Hindia Belanda, Gramedia, Jakarta
Patji, Abdul Rachman, 2004, Negara & Masyarakat dalam Konflik Aceh, Studi Tentang PeranPemerintah dan Masyarakat Dalam Penyelesaian Konflik Aceh, LIPI, Jakarta
Spradley, James P, 2006, Metode Etnografi, Tiara Wacana, Yogyakarta
Daftar Informan
Wawancara dengan Ramli Pemuda Blang Poroh Aceh Utara, 13 April 2016
Wawancara dengan Muhibuddin, tokoh Pemuda Simpang Keuramat Aceh Utara, 19 April 2016
Wawancara dengan Muhammad Ali, Pemuda Buloh Blang Ara, 13 Juni 2016
Wawancara dengan Imran Juned warga Nisam 28 Juni 2016
Wawancara dengan zakaria (39 tahun), warga matangkuli Aceh Utara Tanggal 7 Juli 2016
Si Pai merupakan akronim dari Si Pengangu Tegaknya Agama Islam, wawancara dengan Reza, mantan aktivis GAM Aceh Utara pada tanggal 15 Juli 2016
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2016 Arif Rahman, F Fakhrurrazi
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
.........................................................................................................................................................................................
REDAKSI JURNAL SOSIOLOGI USK (MEDIA PEMIKIRAN & APLIKASI): Gedung Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala, Jln. Tgk Tanoh Abee, Darussalam Banda Aceh, Aceh 23111.Telp. (0651)7555267. eMail: sosiologi.fisip@usk.ac.id
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.