Pengaruh Dosis Pupuk P Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Beberapa Aksesi Tanaman Kelor (Moringa oleifera Lam.)

Abstract

Abstract. The diversity of moringa plants is influenced by environmental and genetic factors, resulting in varying characteristics between accessions. This study aims to determine the effect of P fertilizer doses and accessions, as well as their interactions, on the growth and yield of moringa plants. The study used a randomized block design with split-plot factorial pattern of 3x4, consisting of 2 factors with 3 replications. The first factor is moringa plant accessions, consisting of 3 levels: moringa accession A (from coastal areas), moringa accession B (from river areas), and moringa accession C (from mountain valley areas). The second factor is the P fertilizer dose, consisting of four levels: 0 g plant^-1, 3 g plant^-1, 4.5 g plant^-1, and 6 g plant^-1. The results showed that moringa accessions had no significant effect on all observation parameters. The P fertilizer dose had  very significant effect on root volume, dry shoot weight, and dry root weight at 12 weeks after planting (WAP), and a significant effect on fresh shoot weight and fresh root weight at 12 WAP. The P fertilizer dose of 4.5 g plant^-1 was the best for vegetative growth of moringa plants. There was a significant interaction on stem diameter at 8 WAP and leaf fresh weight at 7 WAP. The best interaction for stem diameter was found in accession B with a P fertilizer dose of 6 g plant^-1, while the best interaction for leaf fresh weight was found in accession B with a P fertilizer dose of 0 g plant^-1.

Abstrak.  Keragaman tanaman kelor dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor genetik sehingga memiliki karakter yang beragam antar aksesi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk P dan aksesi serta interaksi keduanya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kelor. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok pola faktorial split plot 3x4 yang terdiri dari 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu aksesi tanaman kelor, terdiri dari 3 taraf yaitu aksesi kelor A (berasal dari wilayah pesisir), aksesi kelor B (berasal dari wilayah sungai), aksesi kelor C (berasal dari wilayah lembah gunung). Faktor kedua adalah dosis pupuk P yang terdiri dari empat taraf  yaitu 0 g tanaman^-1, 3 g tanaman^-1, 4,5 g tanaman^-1, dan 6 g tanaman^-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aksesi tanaman kelor berpengaruh tidak nyata terhadap semua jenis parameter pengamatan. Aksesi memberikan hasil cenderung lebih baik didapati pada aksesi kelor B. Dosis pupuk P berpengaruh sangat nyata terhadap volume akar, bobot kering tajuk dan bobot kering akar 12 MSPT serta berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk dan bobot basah akar 12 MSPT. Dosis pupuk P 4,5 g tanaman^-1 adalah yang terbaik terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman kelor. Terdapat interaksi yang nyata antara beberapa aksesi dan dosis pupuk P terhadap diameter batang 8 MSPT dan bobot basah daun 7 MSPT. Interaksi perlakuan terbaik terhadap diameter batang dijumpai pada aksesi kelor B dengan dosis pupuk P 6 g tanaman^-1. Interaksi perlakuan terbaik terhadap bobot basah daun dijumpai pada aksesi kelor B dengan dosis pupuk P 0 g tanaman^-1.