DINAMIKA OVARIUM SAPI ENDOMETRITIS YANG DITERAPI DENGAN GENTAMICINE, FLUMEQUINE DAN ANALOG PROSTAGLANDIN F2 ALPHA (PGF2α) SECARA INTRA UTERUS
Abstract
Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas pengobatan endometritis dengan menggunakan kombinasi antibiotik (gentamicine,
flumequine) dan analog prostaglandin F2 alfa (PGF2α) berdasarkan pengamatan dinamika ovarium dengan metode ultrasonografi (USG). Enam
ekor sapi endometritis dibagi dalam 2 kelompok perlakuan. Kelompok I (K1, n= 3) diterapi dengan 250 mg Gentamicine, 250 mg Flumequine,
dan 12,5 mg PGF2α secara intra-uterus. Kelompok II (K2, n= 3) diterapi menggunakan antibiotik dengan dosis dan cara pemberian yang sama
seperti pada Kelompok I. Hasil pengamatan terhadap sapi-sapi endometritis K1 dan K2 memperlihatkan rataan panjang siklus estrus selama 18
hari. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap kelas folikel pada kedua kelompok perlakuan.
Folikel besar (DF) dan folikel besar kedua (SF) pada ke-3 gelombang folikel yang muncul tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata antara K1
dan K2 (P>0,05), tetapi terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) pada diameter korpus luteum (CL) yang terbentuk setelah ovulasi. Rataan
diameter CL pada sapi-sapi K1 dan K2 masing-masing adalah 1,17±0,33 dan 1,33±0,14 cm. Dapat disimpulkan bahwa kombinasi antibiotik dan
PGF2α lebih efektif dibandingkan antibiotik tanpa PGF2α untuk terapi endometritis pada sapi.
flumequine) dan analog prostaglandin F2 alfa (PGF2α) berdasarkan pengamatan dinamika ovarium dengan metode ultrasonografi (USG). Enam
ekor sapi endometritis dibagi dalam 2 kelompok perlakuan. Kelompok I (K1, n= 3) diterapi dengan 250 mg Gentamicine, 250 mg Flumequine,
dan 12,5 mg PGF2α secara intra-uterus. Kelompok II (K2, n= 3) diterapi menggunakan antibiotik dengan dosis dan cara pemberian yang sama
seperti pada Kelompok I. Hasil pengamatan terhadap sapi-sapi endometritis K1 dan K2 memperlihatkan rataan panjang siklus estrus selama 18
hari. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap kelas folikel pada kedua kelompok perlakuan.
Folikel besar (DF) dan folikel besar kedua (SF) pada ke-3 gelombang folikel yang muncul tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata antara K1
dan K2 (P>0,05), tetapi terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) pada diameter korpus luteum (CL) yang terbentuk setelah ovulasi. Rataan
diameter CL pada sapi-sapi K1 dan K2 masing-masing adalah 1,17±0,33 dan 1,33±0,14 cm. Dapat disimpulkan bahwa kombinasi antibiotik dan
PGF2α lebih efektif dibandingkan antibiotik tanpa PGF2α untuk terapi endometritis pada sapi.
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.21157/j.ked.hewan.v8i2.2628
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Indexed by:
p-ISSN: 1978-225X | e-ISSN: 2502-5600 | Copyright© 2007-2021